Menurut Ibnu sina , apabila seseorang sedamg membivarakan tentang dirinya , atau mengajak bicara kepada orang lain maka yang dimaksudkan adalah “ jiwanya “ bukan “ badannya “ . Jadi ketika kita mengatakan “ saya keluar “ atau “ saya tidur” maka bukan gerak atau pejaman mata yang di maksudkan, tetapi hakekat kita, dan seluruh pribadi kita. Keadaan tersebut di ungkapkan oleh ibnu sina dalam kata kata sebagai berikut:
“Apa bila seseorang sedang sibuk menghadapi sesuatu urusan, atau mengecam dirinya, sehingga ia berkata: saya mengerjakan begini dan begitu. Dalam keadaan demikian ia tidak teringat akan semua bagian bagian badannya. Apa yang di ketahui dengan nyata (maksudnya=jiwa) lain daripada sesuatu yang tidak di ingatnya (maksudnya anggota badan). Jadi pribadi (zat) seseorang berlainan dengan badannya. “
Pada kata kata tersebut kita dapat fikiran tentang “saya” yang menjadi pembahasan ulama ulama moderen. Menurut ibnu sina , pribadi atau saya bukanlah kadar dan peristiwa- peristiwanya yang di maksudkan , melaikan jiwa dan kekuatan kekuatannya.
Juga dalam perisriwa-perisristiwa kejiwaan , menurut ibnu sina , terdapat keserasian dan koordinasi yang mengesankan adanya suatu kekuatan yang menguasai dan mengaturnya. Meskipun peristiwa peristiwa itu berbeda dan berlainan , bahkan saling berlawanan , namun kesemuanya berada di sekitar pusat(poros) yang tetap dan bertalian dengan dasar yang tidak berubah, seolah olah semuanya di pertalikan dengan tali yang kuat yang dapat menggabungkan bagian bagian yang berjauhan.
Kita bergembira dan sedih, cinta dan membenci, meniadakan dan menetapkan, menganalisan dan menyusun fikiran. Peristiwa ini keluar dari pribadi yang satu dan dari kekuatan terbesar yang dapat menggabungkan peristiwa peristiwa yang berlainan dan kekuatan tersebut tidak lain adalah JIWA. Kalau sekiranya tidak ada kekuatan ini, tentunya peristiwa peristiwa kejiwaan yang saling berlawanan akan mengalami kekacauan .
Gema dari dikiran ibnu sina tersebut kita dapati pada ahli ahli kejiwaan aliran spiritualisme yang mengatan bahwa kesatu-an peristiwa peristiwa kejiwaan mengharuskan adanya sumber yang menjadi tempat keluarny peristiwa tersebut. Kelemahan kesatuan , atau tidak adanya kesatuan yang menunjukkan kelemahan kehidupan fikiran atau tifak adanya sumber tersebut ialah JIWA
“Apa bila seseorang sedang sibuk menghadapi sesuatu urusan, atau mengecam dirinya, sehingga ia berkata: saya mengerjakan begini dan begitu. Dalam keadaan demikian ia tidak teringat akan semua bagian bagian badannya. Apa yang di ketahui dengan nyata (maksudnya=jiwa) lain daripada sesuatu yang tidak di ingatnya (maksudnya anggota badan). Jadi pribadi (zat) seseorang berlainan dengan badannya. “
Pada kata kata tersebut kita dapat fikiran tentang “saya” yang menjadi pembahasan ulama ulama moderen. Menurut ibnu sina , pribadi atau saya bukanlah kadar dan peristiwa- peristiwanya yang di maksudkan , melaikan jiwa dan kekuatan kekuatannya.
Juga dalam perisriwa-perisristiwa kejiwaan , menurut ibnu sina , terdapat keserasian dan koordinasi yang mengesankan adanya suatu kekuatan yang menguasai dan mengaturnya. Meskipun peristiwa peristiwa itu berbeda dan berlainan , bahkan saling berlawanan , namun kesemuanya berada di sekitar pusat(poros) yang tetap dan bertalian dengan dasar yang tidak berubah, seolah olah semuanya di pertalikan dengan tali yang kuat yang dapat menggabungkan bagian bagian yang berjauhan.
Kita bergembira dan sedih, cinta dan membenci, meniadakan dan menetapkan, menganalisan dan menyusun fikiran. Peristiwa ini keluar dari pribadi yang satu dan dari kekuatan terbesar yang dapat menggabungkan peristiwa peristiwa yang berlainan dan kekuatan tersebut tidak lain adalah JIWA. Kalau sekiranya tidak ada kekuatan ini, tentunya peristiwa peristiwa kejiwaan yang saling berlawanan akan mengalami kekacauan .
Gema dari dikiran ibnu sina tersebut kita dapati pada ahli ahli kejiwaan aliran spiritualisme yang mengatan bahwa kesatu-an peristiwa peristiwa kejiwaan mengharuskan adanya sumber yang menjadi tempat keluarny peristiwa tersebut. Kelemahan kesatuan , atau tidak adanya kesatuan yang menunjukkan kelemahan kehidupan fikiran atau tifak adanya sumber tersebut ialah JIWA
Bagus blognya, ijin share
BalasHapus