Sabtu, 11 November 2017

KEBAHARUAN JIWA

Menurut pendapat ibnu sina, jiwa itu baru dan dijadikan pada setiap badan yang bisa memakainya, dan dengan demikian, badan yang baru menjadi milik jiwa dan alatnya pula. Berbeda dengan plato, maka ia mengatakan bahwa " jiwa manusia buka perkara yang asalnya sudah ada dan berdiri sendiri kemudian terdapat dalam badan ".

Sebagai dalil kebaharuan jiwa , ia mengemukakan bahwa jiwa jiwa manusia sama (satu) macam pengertian-nya. Kalau jiwa mempunyai wujud yang tidak baru, bersama sama dengan barunya badan tentunya jiwa dalam wujud tersebut tidak banyak (berbilang) , karena bilangan jiwa datangnya dari segi pertalian-nya dengan unsur dan sebab. Sedangkan jiwa tidak berbeda beda karena esensi dan form, karena form jiwa satu juga adanya. Perbedaan jiwa satu sama lainya hanya dari segi badan yang menerima essensi jiwa tersebut.

Berkata Ibnu Sina : " kalau jiwa bisa terdapar tanpa badan, maka sesuatu jiwa tidak berbeda dengan jiwa lain-nya karena adanya hitungan ( satuan) . keadaan ini terdapat pada segala sesuatu, (abstrak/ tidak berbenda) , maka bilangan yanf terdapat padanya hanyalah karena banyaknya pembawa dan penerimanya serta yang terpengaruh olehnya.

Mustahil pula jiwa yang asalnya satu, kemudian terbagi bagi menjadi jiwa yang banyak, karena yang tunggal tifak mungkin du bagi bagi, karena form suatu badan tidak mungkin menjadi form badan yang lain dalam waktu yang bersamaan. 

Dengan demikian , maka jiwa itu baru ( di-ada-kan ) ketika tercipta materi (wujud) badan yang bisa memakainya. Apabila jiwa terjadi ( cipta ) dengan adanya badan, maka tiap tiap badan mempunyai jiwa, jiwa jiwa dalam badan itu satu macam, tetapu banyak bilangan-nya . apabila jiwa terpisah dari badan , dan tetap menjadi zat yang berdiri sendiri di sebabkan karena perbedaan materi ( badan) yang sebelumnya dan perbedaan masa terjadinya, serta perbedaan jiwa menurut badan badan yang berbeda beda.

Dengan demikian Ibnu-Sina menetapkan kemustahilan wujud jiwa sebelum adanya badan , karena kalau jiwa itu sudah wujud sebelum badan , tentu tidak tidak mungkin berbilang, apabila jiwa terdapat bersama sama dalam wujud badan, maka artinya jiwa itu tetap berbilang dan bilangan ini tetap ada , meskipun sesudah hilangnya badan .

DI KUTIP DAN DI RANGKUM DARI BERBAGAI SUMBER

0 komentar:

Posting Komentar